Ada beberapa teknik dalam P3K yang dapat di lakukan oleh orang yang sudah mendapatkan pelatihan P3K dan dapat juga diterapkan di rumah oleh keluarga:
a. Prioritas dalam P3K
Urutan
tindakan (Muhammad, 2004) secara umum:
1) mencari
keterangan penyebab kecelakaan
2) mengamankan
korban dari tempat berbahaya
3) memperhatikan
keadaan umum korban, gangguan pernapasan, pendarahan dan kesadaran.
4) melakukan
pertolongan lebih lanjut dengan sarana yang tersedia.
5) apabila
korban sadar, petugas langsung memberitahu dan mengenalkan diri.
Selain itu ada juga yang dinamakan prinsip life saving,
artinya seseorang melakukan tindakan untuk menyelamatkan jiwa korban (gawat
darurat) terlebih dahulu, baru kemudian setelah stabil disusul tindakan untuk
mengatasi masalah kesehatan yang lain. Gawat darurat adalah suatu kondisi dimana
korban dalam keadaan terancam jiwanya, dan apabila tidak ditolong pada saat itu
juga jiwanya tidak bisa terselamatkan (Samsudin, 2000).
b. Pembalutan
Tujuan dari pembalutan adalah untuk mengurangi risiko
kerusakan jaringan yang telah ada sehingga mencegah maut, menguangi rasa sakit,
dan mencegah cacat serta infeksi. Kegunaan pembalutan, (Samsudin, 2000) adalah:
1) menutup
luka agar tidak terkena cahaya, debu, kotoran, dan lain-lain.
2) melakukan
tekanan
3) mengurangi
atau mencegah pembengkakan
4) membatasi
pergerakan
5) mengikatkan
bidai
Sedangkan untuk macam-macam pembalutan (Sucipto, 2009),
adalah sebagai berikut :
1) Pembalutan
segitiga atau mitela
Pembalut segitiga dibuat dari kain putih yang tidak
berkapur (mori), kelihatan tipis, lemas dan kuat. Bisa dibuat sendiri, dengan
cara memotong lurus dari salah satu sudut suatu kain bujur sangkar yang panjang
masing-masing sisinya 90 cm sehingga diperoleh 2 buah pembalut segitiga.
2) Pembalut
Plester
Digunakan untuk merekatkan kain kassa, balutan penarik
(patah tulang, sendi paha/ lutut meradang), fiksasi (tulang iga patah yang
tidak menembus kulit), Beuton (alat untuk merekatkan kedua belah pinggir luka
agar lekas tertutup).
3) Pembalut
Pita Gulung.
4) Pembalut
Cepat.
Pembalut ini siap pakai terdiri dari lapisan kassa
steril, dan pembalut gulung. Dalam pembalutan terdapat macam-macam bentuk dan
anggota tubuh yang dibalut (Sucipto, 2009), yakni :
1) Bundar,
pada kepala.
2) Bulat
panjang tapi lonjong, artinya kecil ke ujung, besar ke pangkal, pada lengan
bawah dan betis
3) Bulat
panjang hamper sama ujung dengan pangkalnya, pada leher, badan, lengan atas,
jari tangan.
4) Tidak
karuan bentuknya, pada persendian
c. Pembidaian
Menurut Muhammad (2004), bidai adalah alat yang dipakai
untuk mempertahankan kedudukan (fiksasi) tulang yang patah. Tujuannya,
menghindari gerakan yang berlebihan pada tulang yang patah. Syarat pemasangan
bidai:
1) Bidai
harus melebihi dua persendian yang patah
2) Bidai
harus terbuat dari bahan yang kuat, kaku dan pipih.
3) Bidai
dibungkus agar empuk.
4) Ikatan
tidak boleh terlalu kencang karena merusak jaringan tubuh tapi jangan
kelonggaran.
Sedangkan untuk alat-alat bidai yang diperlukan (Eri,
2010), yaitu :
1) Papan,
bamboo, dahan
2) Anggota
badan sendiri
3) Karton,
majalah, kain
4) Bantal,
guling, selimut
d. Pernafasan Buatan
Menurut Sucipto (2009) sering disebut bantuan hidup
dasar (BHD) atau resusitasi jantung paru (RJP) intinya adalah melakukan
oksigenasi darurat. Dilakukan pada kecelakaan:
1) Tersedak,
2) Tenggelam
3) Sengatan
Listrik,
4) Penderita
tak sadar,
5) Menghirup
gas dan atau kurang oksigen,
6) serangan
jantung usia muda, henti jantung primer tejadi.
e. Evakuasi
Menurut Mukono (2002), evakuasi adalah kegiatan
memindahkan korban dari lokasi kecelakaan ke tempat lain yang lebih aman dengan
cara-cara yang sederhana di lakukan di daerah-daerah yang sulit dijangkau
dimulai setelah keadaan darurat. Penolong harus melakukan evakuasi dan
perawatan darurat selama perjalanan.
Cara pengangkutan korban:
1) Pengangkutan
tanpa menggunakan alat atau manual
Pada umumnya digunakan untuk memindahkan jarak pendek
dan korban cedera ringan, dianjurkan pengangkatan korban maksimal 4 orang
2) Pengangkutan
dengan alat (tandu)
Pada umumnya digunakan untuk memindahkan jarak jauh dan
korban cedera sedang serta berat.
Rangkaian pemindahan korban:
1) Persiapan,
2) Pengangkatan
korban ke atas tandu,
3) Pemberian
selimut pada korban
4) Tata
letak korban pada tandu disesuaikan dengan luka atau cedera.
Prinsip pengangkatan korban dengan
tandu:
1) Pengangkatan
korban,
Dilakukan secara efektif dan efisien dengan dua langkah
pokok yaitu; menggunakan alat tubuh (paha, bahu, panggul), dan beban serapat
mungkin dengan tubuh korban.
2) Sikap
mengangkat.
Usahakan dalam posisi rapi dan seimbang untuk
menghindari cedera.
3) Posisi
siap angkat dan jalan.
Biasanya posisi kaki korban berada di depan dan kepala
lebih tingi dari kaki, kecuali;
(a) menaik, bila tungkai tidak cedera,
(b) menurun, bila tungkai luka atau hipotermia,
(c) mengangkut ke samping,
(d) memasukan ke ambulan kecuali dalam keadaan tertentu
(e) kaki lebih tinggi dalam keadaan shock
f. Transportasi
Menurut Muhammad (2004), transportasi merupakan
kegiatan pemindahan korban dari tempat darurat ke tempat yang fasilitas
perawatannya lebih baik, seperti rumah sakit. Biasanya dilakukan bagi pasien/
korban cedera cukup parah sehingga harus dirujuk ke dokter. Dalam kegiatan
pemindahan terdapat beberapa tata cara pemindahan korban, yaitu:
1) Dasar
melakukan pemindahan korban; aman, stabil, cepat, pengawasan korban, pelihara
udara agar tetap segar.
2) Syarat
pemindahan korban:
(a) korban tentang keadaan umumnya cukup baik
(b) tidak ada gangguan pernapasan
(c) pendarahan sudah diatasi
(d) luka sudah dibalut
(e) patah tulang sudah dibidai
Sepanjang pelaksanaan pemindahan korban perlu dilakukan
pemantauan dari korban tentang:
1) Keadaan
umum korban
2) Sistem
persyarafan (kesadaran)
3) Sistem
peredaran darah (denyut nadi dan tekanan darah)
4) Sistem
pernapasan
5) Bagian
yang mengalami cedera